Jumat, 05 Juli 2013

Aku menemukanmu...



Aku menemukan namamu dalam lembar buku yang telah menguning itu. Jejakmu yang telah lama terhapus kini perlahan timbul dan tenggelam kembali. Kamu.... selalu melakukan hal yang sama berlabuh kepadaku setiap kali kamu terjatuh. Namun aku tetap melihatmu dari jarak terjauh dan mendoakanmu dari jarak yang tak kau tau. Berharap kamu bahagia meski tak disisiku.
Tak pernah kamu melihat aku yang terluka, sekarat dan hampuir mati. Tak bisakah kau memelukku sebentar saja lebih lama.  Namun kau juga takut, seandainya nanti aku lupa bagaimana cara melepasmu. Aku ingin melepaskan segala yang aku tau. Jika kamu harus berdiam diri, mari aku temani. Meskipun hanya sekedar mencicipi wangi hujan, atau bau tanah basah karena hujan yang turun siang ini. Menamati tanah yang pasrah pada hujan. Seperti halnya aku... yang tengah pasrah karenamu.. karena aku yang mulai rapuh, dan jenuh bermain dengan fikiranku yang selalu tentangmu.

catatan kecil untuk tuhan



Tuhan... selamat pagi, selamat siang atu selamat malam. Seperti kata dwita bahwa dia tak mengetahui di surga sedang musim apa ?? penghujan atau kemarau kah atau bahkan sedang turun salju. Ya, aku juga tak tau yang aku tau bahwa saat ini aku hanya ingin berkisah. Kisahku yang selalu gagal dan jalan ku yang terjal.
                                    Tuhan... kau ciptakan aku di tempat yang sama, pada pijakan yang sama. Diterangi bulan dan bintang yang sama. Bernafas dengan partikel yang sama. Namun tuhan, mengapa hanya jalanku yang terjal. Padahal kita melewati jalan yng sama. Kau beri dia tangga untuk melewatinya. Padahal aku merangkak diantara tebing terjal. Kau berikan dia sandaran ketika lelah menjemputnya. Namun jangankan sebuah sandaran untukku tuhan, sebuah pegangan pun tak kau berikan. Bagaimana aku bisa bersandar bila yang di depan ku adalah jurang. Aku rasa semua ini tak adil untukku.
                                    Tuhan bisakah aku pergi ke suatu tempat entah dimana..., kesuatu tempat yang mampu membuatku bahagia meskipun sebentar saja. Meskipun aku takut tak ingin mengahirinya. Aku saaaangat lelah, aku tak bisa bernafas.  Taukah kau seberapa aku ingin mengungkapkan semua rasa yang menyesakkan di jantungku. Arrrrrg.... kau pasti tau itu.
                                    Tuhan... tempat terjauh yang ingin aku tempuh, menembus waktu... melihat daun berguguran... jatuh ke sungai... mengalir ke laut. Memandangi senja hingga menjadi purnama. Hanya sebuah kesempatan sekali saja. Hingga saatnya aku tiba untuk menyerah dan mengahirinya. Izinkan aku merasakannya, mendamaikan hatiku sebentar saja.