Aku menemukan namamu dalam lembar buku
yang telah menguning itu. Jejakmu yang telah lama terhapus kini perlahan timbul
dan tenggelam kembali. Kamu.... selalu melakukan hal yang sama berlabuh
kepadaku setiap kali kamu terjatuh. Namun aku tetap melihatmu dari jarak
terjauh dan mendoakanmu dari jarak yang tak kau tau. Berharap kamu bahagia
meski tak disisiku.
Tak pernah kamu melihat aku yang
terluka, sekarat dan hampuir mati. Tak bisakah kau memelukku sebentar saja
lebih lama. Namun kau juga takut,
seandainya nanti aku lupa bagaimana cara melepasmu. Aku ingin melepaskan segala
yang aku tau. Jika kamu harus berdiam diri, mari aku temani. Meskipun hanya
sekedar mencicipi wangi hujan, atau bau tanah basah karena hujan yang turun
siang ini. Menamati tanah yang pasrah pada hujan. Seperti halnya aku... yang
tengah pasrah karenamu.. karena aku yang mulai rapuh, dan jenuh bermain dengan
fikiranku yang selalu tentangmu.